Selasa, 19 November 2019

Jokowi Putuskan Tidak Ada APBN Perubahan 2018

Jokowi Putuskan Tidak Ada APBN Pergantian 2018

Bogor - Presiden Joko Widodo putuskan tidak lakukan pergantian pada Budget Penghasilan serta Berbelanja Negara (APBN) tahun ini. ""Bapak Presiden mengemukakan jika untuk APBN 2018 ini, kami tidak lakukan APBN pergantian,"" kata Menteri Keuangan Sri Mulyani di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Snein, 9 Juli 2018.

Sri Mulyani menjelaskan jika postur APBN 2018 cukup sudah baik serta tidak alami deviasi yang besar dari bagian jumlahnya penerimaan negara serta berbelanja negara. Diluar itu, defisit budgetlebih dari yang diperkirakan.

Dari bagian makro ekonomi, semester 1 direncanakan tumbuh sebesar 5,1 %. Sedang dari bagian penerimaan pajak semester 1, PPn non migas tumbuh 14,9 %. ""Itu tambah tinggi dibanding tahun kemarin yang tumbuh cuma 6 %, serta 2016 cuma tumbuh 7 %,"" tuturnya.

Untuk penerimaan pajak yang datang dari PPn tumbuh hampir serupa dengan tahun kemarin, yakni 13,6 %. Sedang PPn pada 2016 tumbuh negatif. Dari bagian bea serta cukai, Sri Mulyani mengatakan penerimaan tumbuh 16,7 % yang disebut penerimaan kotor bea serta cukai teritinggi semenjak 3 tahun paling akhir. Untuk PPh migas tertera bertambah 9 % dibanding tahun kemarin negatif 69 % serta 2016 negatif 40 %.

Baca juga: Sri Mulyani Meminta Lembaga Cek Lagi Budget Sebelum Merintih

Menurut Sri Mulyani, bagian perpajakanalami hal positif. Contohnya dari kepatuhan harus pajak dalam membayar pajak, yakni SPT pribadi naik 14 % serta SPT tubuh tumbuh 11,2 %. ""Jika lihat dari bagian penerimaan perpajakan, kita lihat satu dinamika ekonomi yang cukup positif,"" tuturnya.

Untuk bagian penerimaan negara bukan pajak (PNBP), Sri Mulyani menjelaskan jika penerimaan sumber daya alam migas alami penambahan lumayan tinggi, yakni tumbuh 47,9 % dibanding tahun kemarin sebesar 115 %. Masalahnyaharga minyak sekarang sedang tinggi serta kurs rupiah pada dolar yang melemah.

Sebab ke-2 penerimaan negara dari pajak perpajakan serta PNBP cukup kuat, pemerintah lihat peluang jika APBN 2018 dapat terbangun. ""Serta perolehan dekati apa yang diperkirakan,"" katanya.

Dari bagian berbelanja, Sri Mulyani lihat terdapatnya penambahan di semester 1 ini. Semua kementerian serta instansi sudah belanjakan anggarannya dekati 35 %, atau lebih baik dibanding tahun kemarin yang cuma 33 % penyerapannya.

Realisasi berbelanja nonkementerian serta instansi, khususnya dihubungkan dengan bantuan serta pembayaran bunga utang sampai 43,9 %. ""Ini tambah tinggi dibanding tahun kemarin yang 41 %,"" katanya.

Dari bagian transfer ke wilayah, realisasinya 50,3 % sudah dibelanjakan. Menurut Sri Mulyani, angkanya sedikit lebih kecil dibanding tahun kemarin yang cuma 51 %. Karena, katanya. tahun kemarin pemerintah lakukan pembayaran dana buat hasil.

Walau transfer ke wilayah lebih kecil. Sri Mulyani lihat dana desa berlangsung kenaikan. Dia mencatat jika penyerapannya dekati 60 % dari keseluruhan budget Rp 60 triliun, atau tambah tinggi dibanding tahun kemarin sebesar 57 %.

Dalam laporan semester APBN ini, defisit budgetalami penurunan. Yakni dari 2,19 % jadi 2,12 % dari PDB atau Rp 314 triliun lebih kecil dari yang direncanakan sampai Rp 325 triliun.

Serta primary balance (kesetimbangan primer) tempatnya positif, yakni surplus Rp 10 triliun dibanding tahun kemarin negatif Rp 68 triliun. ""Ini untuk pertama-tama sejak 4 tahun paling akhir. Realisasi defisit kita ialah Rp 110 triliun, lebih kecil dibanding tahun kemarin yang tempatnya Rp 175 triliun,"" kata Sri Mulyani.

Ini, tutur Sri Mulyani,memvisualisasikan pemerintah terus berupaya membuat APBN sehat, dapat dipercaya, khususnya dihubungkan dengan adanya banyak opini permasalahan serta pengendalian utang. ""Hasil semester 1 mengkonfirmasikan pemerintah benar-benar waspada serta benar-benar prudent dalam jaga APBN 2018,"" tuturnya.

"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar